Popular Posts

Sunday 20 September 2015

PENDIDIKAN ISLAM DALAM BALUTAN AL-QUR’AN, SAINS DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN
Dapatkah kita memprediksi apa yang akan terjadi beberapa tahun yang akan datang? Masa depan seperti apa yang akan ada. Jika kita melihat saat ini teknologi informasi sudah demikian maju. Sehingga muncul hembusan kebudayaan baru yang semakin berkembang dan subur, yang identik dengan keindahan, kegemerlapan sehingga menyilaukan pandangan khususnya para kaum pemuda di Indonesia ini. Sampai –sampai dengan keadaan demikian pemuda islam pada khususnya terbawa kedalam terbawa arus perubahan dan terpisah dari nilai-nilai keislaman utamanya adalah akhlak. Kemerosotan Akhlaq ditandai dengan siswa madrasah yang identik dengan akhlaq yang mulia, budi pekerti yang baik sekarang ini banyak ditemui siswa madrasah mulai kurang menjunjung tinggi nilai kesopanan, tidak bisa membedakan bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan guru, teman ataupun orang yang lebih muda mereka anggap sama saja. Tawuran pelajar yang sudah tidak mencerminkan lagi manusia yang berpendidikan yang kelak menjadi kader penerus bangsa. Free Sex yang sudah mereka anggap hal yang biasa, serta merajalelanya para pemuda meminum minuman keras mengkonsumsi Narkoba. Semua fenomena ini bukan hanya terjadi didalam kota-kota besar saja, tetapi dipelosok-pelosok desapun sudah mulai terjangkit. Inilah tugas kita bersama sebagai kader pemuda Indonesia, harus saling mengingatkan dan saling perduli terhadap satu sama lain. Tetapi dari perkembangan teknologi dan sains yang semakin maju dan semakin bergejolak, supaya kita tidak terbawa kedalam kubangan modernitas yang tidak mengindahkan akhlaq, yang melunturkan kearifan ajaran Rosulullah SAW, kita sebagai umat islam harus selalu berpedoman kepada Al-Qur’an. Hanya Al-Qur’anlah yang menjadi tuntunan kita untuk melangkah kejalan yang selalu diridhoi-Nya.
A.           LATAR BELAKANG
Modernitas dan globalisasi adalah proses pertumbuhan dan perubahan yang sudah kita jalani saat ini (tarmizi taher, 2006). Keadaan ini banyak dijumpai dan dirasakan di perkotaan besar. Perubahan ini menunjukkan bangsa kita sedang tumbuh dan berkembang dari masyarakat dengan peradapan menengah ke peradapan masyarakat industri, perubahan yang terjadi tidak hanya berupa fisik materiel seperti yang dapat dijumpai banyak pabrik industri, namun juga menyeret perubahan normal dan nilai, sekarang nilai dan norma tersebut banyak dikenal dengan logo yang indah seperti demokrasi, keterbukaan dan hak asasi manusia.
Dengan modernitas dan globalisasi komunikasi serta informasi yang cepat dan pesat sadar tidak sadar telah mendegradasi peradapan timur ( Indonesia) dan nilai-nilai keislaman maka mesti diperkuat adalah Pendidikan Agama Islam, karena didalam pendidikan Agama Islam sendi-sendi Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan dasar, ilmu fiqih sebagai Amaliyah, serta tidak lupa Akhlaq menjadi tujuan utama pendidikan agama Islam. Kerana dengan Akhlaq manusia menjadi berharga dimata manusia lain dan dimata Tuhannya.



























BAB II PEMBAHASAN
1.        ISLAM AL-QUR’AN DAN GLOBALISASI (PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI)
Agama islam dan kitab suci Al-Qur’an memberikan perhatian yang luar biasa terhadap perkembangan Sains dan Teknologi. Al-Qur’an memiliki dan mmberikan inspirasi bagi manusia untuk melakukan observasi dan penelitian, dalam ayat Al-Qur’an Q.S Al Imron 191.
Ayat tersebut diatas memeberikan apresiasi terhadap manusia sebagai makhluk Allah yang berakal yaitu makhluk yang memiliki kewajiban untuk menjadi pengelola alam semesta dengan akal yang berkembang dan terciptanya peradapan baru maka kita harus menyelaraskannya dengan nilai-nilai keislaman yaitu dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Allah SWT telah menganugerahkan akal kepada kita, sehingga kita mampu berfikir kritis dan logis. Demikian pula dengan Al-Qur’an yang menentukan manusia kearah pemikiran Rohmatalil’alamin. Artinya Al-Qur’an menempatkan akal sebagai perangkat yang memperkuat basis pemahaman keislaman dan dengan Sainsteknologi manusia dapat membedakan yang hak dan batil, supaya manusia mampu menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya seperi pada Qs Al-Baqoroh 29. Maka sudah sewajarnya ketika manusia mengarahkan potensinya untuk mengembangkan keilmuannya untuk menggarap alam semesta dengan budaya yang lebih maju dengan alat Sains dan teknologi. Dengan catatan pengolahan terebut tidak boleh mengganggu ekosistem yang ada. Dalam hal ini ajaran islam juga ikut mendorong dan menuntut perkembangan zaman. Islam yang mengajarkan manusia adalah Kholifah Fil Ardhi, tetapi tetap memikul beban pokok sebagai seorang hamba yang wajib beribadah (dalam berbagai paradigma) dimana kejadian dan keajaiban alam, sain dan teknologi adalah sarana untuk mendekatkan dari kepada Allah SWT seperti dalam QS Al-Kahfi 07 dan QS Al- Qashar 77. Jika perkembangan Sains dan teknologi yang mendominasi zaman globalisasi ini diiringi dengan kehidupan dan pendidikan agama islam yang baik, tentulah moral dan akhlak suatu kaum atu bangsa tidak akan merosot sampai tingkatan binatang yang hina, begitu juga sebaliknya, maka pada Qs Ar-Rum 30.



2.      AL-QUR`AN SEBAGAI PENGUAT KEIMANAN MELALAUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas mengenai manusia sebagai kholifah di dunia yang bertugas untuk mengelola alam semesta dengan keilmuan yang telah Allah wariskan, dan kewajiban manusia adalah menuntut ilmu tersebut. Dengan landasan keimanan dan berpegangan teguh kepada Al-Qur`an dan sunnah maka manusia yang dalam Al-Qur`an disebut dalam empat term, yaitu basyar, Al-Nas, Bani Adam, dan Al-insan yang keempatnya disebut sebagai ungkapan bahwa manusia adalah mahluk sempurna dengan berbagai  kelebihan dibandingkan dengan mahluk lain. Dengan hakikat dasar Akhlak itulah manusia menjadi mahluk yang sempurna, akan tetapi kenyataanya sekarang semua itu mulai rusak dengan perubahan yang terjadi diikuti juga dengan problematika pendidikan islam terhadap generasi muda kita.
Pada zaman sekarang banyak kita rasakan sistem dan upaya untuk membangkitkan pendidikan pendidikan agama islam, tapi semua itu dirasa belum dapat menjawab tantangan eksternal yang dihadapi ummat. Oleh karenanya harus ada sebuah konsep dalam menanggulangi krisis moral pada masyarakat modern yang terbuai oleh sains dan teknologi informasi yang memanjakan mereka.
Berkaitan dengan usaha untuk perbaikan moral umat manusia ini, dalam masyarakat sebenarnya manusia diharapkan dapat dan mampu memanusiakan dirinya atau diluar dirinya (humanisasi). Disamping itu alternatif dan solusi yang ditawarkan diantaranya dengan berbagai pendekatan yaitu :
Pendekatan pertama adalah pendekatan Teologis yaitu : suatu pendekatan dimana nilai-nilai kemanusiaan seperti tolong menolong, menghormati martabat orang lain dianggap sebagai nilai-nilai agama dan ajaran Tuhan yang harus dijunjung tinggi, dan pendekatan ini juga ditegaskan melalui tiga prinsip dasar dalam pendidikan, yaitu : knowing the truth, loving the good, acting freety.
Dan yang ke-dua adalah pendekatan interes yaitu subjek didik dalam melakukan sesuatu (aktivitas kemanusiaan,sosial dan kemasyarakatan) ditanamkan rasa senang tanpa profit oriented.
Pendidikan-pendidikan akhlak yang mulia dan pendekatan visi keagamaan lah yang menjadi alternatif yang sangat memungkinkan dan menjanjikan, sebab langsung menuju pada sasaran yang menjadi akar permasalahannya yaitu manusianya bukan sistemnya. Maka, yang kita butuhkan saat ini adalah konsep yang mempunyai nilai filosofis dalam menaggulangi krisis moral pada masyarakat modern. Pembahasan tentang konsep dasar filosofis dan teori pendidikan ini perlu dicermati dari dua aspek yakni proses pendidikan dan pandangan islam terhadap manusia sebagai mahluk yang akan dididik dan mendidik,keadaan ini terbagi menjadi dua hal yaitu;
Pertama, sesuai dengan maksud pendidikan Islam yang mana merupakan sebuah kegiatan untuk mengarahkan seseorang sejalan dengan nilai-nilai islam tentang manusia, konsep ini harus dilihat secara utuh dalam pendidikan pelaksanaan pendidikan secara integratif dan harmonis denagn cara merumuskan implikasi ayat-ayat al-qur`an dan hadis yang menyangkut fitrah dan lain sebagainya, sehingga dapat memfungsikan pendidikan dalam mengarahkan potensi manusia secara optimal yang menjadikan manusia sebagai muslim yang baik. Seperti dalam surat Luqman ayat 13.
Dengan demikian, unsur-unsur esensial harus didasarkan atas asumsi-asumsi dasar yang kokoh tentang manusia. Kedua, tentang hakikat wujud manusia. Manusia merupakan makhluk yang mempunyai dwi fungsi yaitu jasmani dan rohani sekaligus merupakan makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk etik-religius, indifidual dan sosial. Dengan fitrah tersebut manusia mampu mengembangkan potensi dan melaksanakan tugas hidupnya, ini menegaskan bahwa pendidikan islam diarahkan pada dua dimensi yaitu dimensi dialektikal dan dimensi ketundukan vertikal (umirso,pendidikan islam dan krisis moralisme masyarakat modern).
1.      Dimensi dialektikal artinya pendidikan hendaknya dapat mengemban pemahaman tentang kehidupan kongkrit manusia yang harus mampu menghadapi tantangan dunia melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      Dimensi ketundukan vertikal artinya pendidikan selain sebagai pemantapan, menggembangkan sains dan teknologi, juga menjembatani dalam memahami fenomena kehidupan abadi dengan sang maha pencipta ( Allah SWT ) atau dengan kata lain pendidikan difokuskan pada arah ketuhanan.
Konsep pendidikan tersebut merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan pendidikan islam yang mencerdaskan ummat bukan sekedar doktrin belaka. Keadaan tersebut tidak sekedar konsep belaka akan tetapi hakikatnya dari agama islam dan dengan landasan yang kuat dari islam itu sendiri (ibid, umirso)yaitu :
a.       Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama dimana proses pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia
b.      Seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT
c.       Islam memberikan derajad yang tinggi kepada kaum terdidik seperti sarjana maupun ilmuan
d.      Islam memberikan landasan bahwa pendidikan adalah aktivitas sepanjang hajat
e.       Kontruksi pendidikan adalah bersifat dialogis,inovatif dan terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan darimanapun,maka dari itu Muhammad SAW tidak alergi memerintah umatnya untuk menuntut ilmu walau sampai ke Cina.
Namun pendidikan di era sekarang dihadapkan kepada perubahan yang mendasar, terutama memepersiapkan manusia yang nantinya akan berintegrasi dengan masyarakat yang berasal dari berbagai macam latar belakang budaya dan agama serta multi talenta dlam ilmu pengetahuan. Dan yang paling utama adalah membangun moralitas manusia modern dalam menggapai peradapan madani.













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari apa yang telah kita bahas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan
1.      Al-Qur`an merupakan sistem yang menyeluruh dan menyentuh semua sendi kehidupan manusia yang merupakan akidah yang lurus dan benar bersama Islam
2.      Al-Qur`an dan Ilmu pengetahuan adalah bagian yang integral
3.      Apabila ilmu yang dipelajari baik keislaman atau sains dan teknologi, tidak memberikan dampak yang positif maka ada yang salah dalam proses pencarian ilmu tersebut
4.      Dengan Al—Qur`an dan IPTEK akan memperdalam,mempertajam makrifat dan keimanan kita kepada Allah SWT
5.      Dengan panduan Al-Qur`an senantiasa terdorong untuk melakukan penelitian dan eksplorasi untuk menguak rahasia illahi dan mempertebal keimanan kita.

















DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta. Rajawali Pers.
Rukhaisir, Akhmad. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. Andi.
Yasir, 2005. Aqidah Aswaja . Yogyakarta. At takwa.
Jabir. Abu bakar. 2001 . Ilmu dan Ulama’. Pustaka Azam.
Tarmizal, Taher. 2006. Syirat Al Mustqim. Buktin.
Miarso dan Haris. 2010. Pendidikan Islam dan Krisis Moral Masyarakat Modern. Yogyakarta. Ircicod.
Haqul Yaqin. 2009. Agama dan Kekerasan. Yogyakarta. ELSAQ Press.


No comments:

Post a Comment