BAB I PENDAHULUAN
Dapatkah kita memprediksi apa yang akan terjadi beberapa tahun yang
akan datang? Masa depan seperti apa yang akan ada. Jika kita melihat saat ini
teknologi informasi sudah demikian maju. Sehingga muncul hembusan kebudayaan
baru yang semakin berkembang dan subur, yang identik dengan keindahan,
kegemerlapan sehingga menyilaukan pandangan khususnya para kaum pemuda di
Indonesia ini. Sampai –sampai dengan keadaan demikian pemuda islam pada
khususnya terbawa kedalam terbawa arus perubahan dan terpisah dari nilai-nilai
keislaman utamanya adalah akhlak. Kemerosotan Akhlaq ditandai dengan siswa
madrasah yang identik dengan akhlaq yang mulia, budi pekerti yang baik sekarang
ini banyak ditemui siswa madrasah mulai kurang menjunjung tinggi nilai
kesopanan, tidak bisa membedakan bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan
guru, teman ataupun orang yang lebih muda mereka anggap sama saja. Tawuran
pelajar yang sudah tidak mencerminkan lagi manusia yang berpendidikan yang
kelak menjadi kader penerus bangsa. Free Sex yang sudah mereka anggap hal yang
biasa, serta merajalelanya para pemuda meminum minuman keras mengkonsumsi
Narkoba. Semua fenomena ini bukan hanya terjadi didalam kota-kota besar saja,
tetapi dipelosok-pelosok desapun sudah mulai terjangkit. Inilah tugas kita
bersama sebagai kader pemuda Indonesia, harus saling mengingatkan dan saling
perduli terhadap satu sama lain. Tetapi dari perkembangan teknologi dan sains
yang semakin maju dan semakin bergejolak, supaya kita tidak terbawa kedalam
kubangan modernitas yang tidak mengindahkan akhlaq, yang melunturkan kearifan
ajaran Rosulullah SAW, kita sebagai umat islam harus selalu berpedoman kepada Al-Qur’an.
Hanya Al-Qur’anlah yang menjadi tuntunan kita untuk melangkah kejalan yang
selalu diridhoi-Nya.
A.
LATAR BELAKANG
Modernitas dan
globalisasi adalah proses pertumbuhan dan perubahan yang sudah kita jalani saat
ini (tarmizi taher, 2006). Keadaan ini banyak dijumpai dan dirasakan di
perkotaan besar. Perubahan ini menunjukkan bangsa kita sedang tumbuh dan
berkembang dari masyarakat dengan peradapan menengah ke peradapan masyarakat
industri, perubahan yang terjadi tidak hanya berupa fisik materiel seperti yang
dapat dijumpai banyak pabrik industri, namun juga menyeret perubahan normal dan
nilai, sekarang nilai dan norma tersebut banyak dikenal dengan logo yang indah
seperti demokrasi, keterbukaan dan hak asasi manusia.
Dengan
modernitas dan globalisasi komunikasi serta informasi yang cepat dan pesat
sadar tidak sadar telah mendegradasi peradapan timur ( Indonesia) dan
nilai-nilai keislaman maka mesti diperkuat adalah Pendidikan Agama Islam,
karena didalam pendidikan Agama Islam sendi-sendi Al-Qur’an dan Hadist sebagai
landasan dasar, ilmu fiqih sebagai Amaliyah, serta tidak lupa Akhlaq menjadi
tujuan utama pendidikan agama Islam. Kerana dengan Akhlaq manusia menjadi
berharga dimata manusia lain dan dimata Tuhannya.
BAB II PEMBAHASAN
1.
ISLAM AL-QUR’AN DAN GLOBALISASI (PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI)
Agama islam dan kitab suci Al-Qur’an memberikan perhatian yang luar
biasa terhadap perkembangan Sains dan Teknologi. Al-Qur’an memiliki dan
mmberikan inspirasi bagi manusia untuk melakukan observasi dan penelitian,
dalam ayat Al-Qur’an Q.S Al Imron 191.
Ayat tersebut diatas memeberikan apresiasi terhadap manusia sebagai
makhluk Allah yang berakal yaitu makhluk yang memiliki kewajiban untuk menjadi
pengelola alam semesta dengan akal yang berkembang dan terciptanya peradapan
baru maka kita harus menyelaraskannya dengan nilai-nilai keislaman yaitu dengan
Al-Qur’an dan Hadist.
Allah
SWT telah menganugerahkan akal kepada kita, sehingga kita mampu berfikir kritis
dan logis. Demikian pula dengan Al-Qur’an yang menentukan manusia kearah
pemikiran Rohmatalil’alamin. Artinya Al-Qur’an menempatkan akal sebagai
perangkat yang memperkuat basis pemahaman keislaman dan dengan Sainsteknologi
manusia dapat membedakan yang hak dan batil, supaya manusia mampu menentukan
pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya seperi pada Qs Al-Baqoroh 29. Maka
sudah sewajarnya ketika manusia mengarahkan potensinya untuk mengembangkan
keilmuannya untuk menggarap alam semesta dengan budaya yang lebih maju dengan
alat Sains dan teknologi. Dengan catatan pengolahan terebut tidak boleh
mengganggu ekosistem yang ada. Dalam hal ini ajaran islam juga ikut mendorong
dan menuntut perkembangan zaman. Islam yang mengajarkan manusia adalah Kholifah
Fil Ardhi, tetapi tetap memikul beban pokok sebagai seorang hamba yang wajib
beribadah (dalam berbagai paradigma) dimana kejadian dan keajaiban alam, sain
dan teknologi adalah sarana untuk mendekatkan dari kepada Allah SWT seperti
dalam QS Al-Kahfi 07 dan QS Al- Qashar 77. Jika perkembangan Sains dan
teknologi yang mendominasi zaman globalisasi ini diiringi dengan kehidupan dan
pendidikan agama islam yang baik, tentulah moral dan akhlak suatu kaum atu
bangsa tidak akan merosot sampai tingkatan binatang yang hina, begitu juga
sebaliknya, maka pada Qs Ar-Rum 30.
2.
AL-QUR`AN SEBAGAI PENGUAT KEIMANAN MELALAUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pada
bagian sebelumnya kita telah membahas mengenai manusia sebagai kholifah di
dunia yang bertugas untuk mengelola alam semesta dengan keilmuan yang telah
Allah wariskan, dan kewajiban manusia adalah menuntut ilmu tersebut. Dengan
landasan keimanan dan berpegangan teguh kepada Al-Qur`an dan sunnah maka
manusia yang dalam Al-Qur`an disebut dalam empat term, yaitu basyar, Al-Nas,
Bani Adam, dan Al-insan yang keempatnya disebut sebagai ungkapan bahwa manusia
adalah mahluk sempurna dengan berbagai
kelebihan dibandingkan dengan mahluk lain. Dengan hakikat dasar Akhlak
itulah manusia menjadi mahluk yang sempurna, akan tetapi kenyataanya sekarang
semua itu mulai rusak dengan perubahan yang terjadi diikuti juga dengan
problematika pendidikan islam terhadap generasi muda kita.
Pada zaman sekarang banyak kita rasakan sistem dan upaya untuk
membangkitkan pendidikan pendidikan agama islam, tapi semua itu dirasa belum
dapat menjawab tantangan eksternal yang dihadapi ummat. Oleh karenanya harus
ada sebuah konsep dalam menanggulangi krisis moral pada masyarakat modern yang
terbuai oleh sains dan teknologi informasi yang memanjakan mereka.
Berkaitan dengan usaha untuk perbaikan moral umat manusia ini,
dalam masyarakat sebenarnya manusia diharapkan dapat dan mampu memanusiakan
dirinya atau diluar dirinya (humanisasi). Disamping itu alternatif dan solusi
yang ditawarkan diantaranya dengan berbagai pendekatan yaitu :
Pendekatan pertama adalah pendekatan Teologis yaitu : suatu
pendekatan dimana nilai-nilai kemanusiaan seperti tolong menolong, menghormati
martabat orang lain dianggap sebagai nilai-nilai agama dan ajaran Tuhan yang
harus dijunjung tinggi, dan pendekatan ini juga ditegaskan melalui tiga prinsip
dasar dalam pendidikan, yaitu : knowing the truth, loving the good, acting
freety.
Dan yang ke-dua adalah pendekatan interes yaitu subjek didik dalam
melakukan sesuatu (aktivitas kemanusiaan,sosial dan kemasyarakatan) ditanamkan
rasa senang tanpa profit oriented.
Pendidikan-pendidikan akhlak yang mulia dan pendekatan visi keagamaan
lah yang menjadi alternatif yang sangat memungkinkan dan menjanjikan, sebab
langsung menuju pada sasaran yang menjadi akar permasalahannya yaitu manusianya
bukan sistemnya. Maka, yang kita butuhkan saat ini adalah konsep yang mempunyai
nilai filosofis dalam menaggulangi krisis moral pada masyarakat modern.
Pembahasan tentang konsep dasar filosofis dan teori pendidikan ini perlu
dicermati dari dua aspek yakni proses pendidikan dan pandangan islam terhadap
manusia sebagai mahluk yang akan dididik dan mendidik,keadaan ini terbagi
menjadi dua hal yaitu;
Pertama, sesuai dengan maksud pendidikan Islam yang mana merupakan
sebuah kegiatan untuk mengarahkan seseorang sejalan dengan nilai-nilai islam
tentang manusia, konsep ini harus dilihat secara utuh dalam pendidikan
pelaksanaan pendidikan secara integratif dan harmonis denagn cara merumuskan
implikasi ayat-ayat al-qur`an dan hadis yang menyangkut fitrah dan lain
sebagainya, sehingga dapat memfungsikan pendidikan dalam mengarahkan potensi
manusia secara optimal yang menjadikan manusia sebagai muslim yang baik.
Seperti dalam surat Luqman ayat 13.
Dengan demikian, unsur-unsur esensial harus didasarkan atas
asumsi-asumsi dasar yang kokoh tentang manusia. Kedua, tentang hakikat wujud
manusia. Manusia merupakan makhluk yang mempunyai dwi fungsi yaitu jasmani dan
rohani sekaligus merupakan makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk
etik-religius, indifidual dan sosial. Dengan fitrah tersebut manusia mampu
mengembangkan potensi dan melaksanakan tugas hidupnya, ini menegaskan bahwa
pendidikan islam diarahkan pada dua dimensi yaitu dimensi dialektikal dan
dimensi ketundukan vertikal (umirso,pendidikan islam dan krisis moralisme
masyarakat modern).
1.
Dimensi dialektikal artinya pendidikan hendaknya dapat mengemban pemahaman
tentang kehidupan kongkrit manusia yang harus mampu menghadapi tantangan dunia
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.
Dimensi ketundukan vertikal artinya pendidikan selain sebagai
pemantapan, menggembangkan sains dan teknologi, juga menjembatani dalam
memahami fenomena kehidupan abadi dengan sang maha pencipta ( Allah SWT ) atau
dengan kata lain pendidikan difokuskan pada arah ketuhanan.
Konsep pendidikan tersebut merupakan salah satu upaya dalam
mewujudkan pendidikan islam yang mencerdaskan ummat bukan sekedar doktrin
belaka. Keadaan tersebut tidak sekedar konsep belaka akan tetapi hakikatnya
dari agama islam dan dengan landasan yang kuat dari islam itu sendiri (ibid,
umirso)yaitu :
a.
Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama dimana
proses pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia
b.
Seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan pendidikan adalah ibadah
kepada Allah SWT
c.
Islam memberikan derajad yang tinggi kepada kaum terdidik seperti
sarjana maupun ilmuan
d.
Islam memberikan landasan bahwa pendidikan adalah aktivitas
sepanjang hajat
e.
Kontruksi pendidikan adalah bersifat dialogis,inovatif dan terbuka
dalam menerima ilmu pengetahuan darimanapun,maka dari itu Muhammad SAW tidak
alergi memerintah umatnya untuk menuntut ilmu walau sampai ke Cina.
Namun pendidikan di era sekarang dihadapkan kepada perubahan yang
mendasar, terutama memepersiapkan manusia yang nantinya akan berintegrasi
dengan masyarakat yang berasal dari berbagai macam latar belakang budaya dan agama
serta multi talenta dlam ilmu pengetahuan. Dan yang paling utama adalah
membangun moralitas manusia modern dalam menggapai peradapan madani.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari apa yang telah kita bahas, kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan
1.
Al-Qur`an merupakan sistem yang menyeluruh dan menyentuh semua
sendi kehidupan manusia yang merupakan akidah yang lurus dan benar bersama
Islam
2.
Al-Qur`an dan Ilmu pengetahuan adalah bagian yang integral
3.
Apabila ilmu yang dipelajari baik keislaman atau sains dan
teknologi, tidak memberikan dampak yang positif maka ada yang salah dalam
proses pencarian ilmu tersebut
4.
Dengan Al—Qur`an dan IPTEK akan memperdalam,mempertajam makrifat
dan keimanan kita kepada Allah SWT
5.
Dengan panduan Al-Qur`an senantiasa terdorong untuk melakukan
penelitian dan eksplorasi untuk menguak rahasia illahi dan mempertebal keimanan
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Nata,
Abuddin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta. Rajawali Pers.
Rukhaisir,
Akhmad. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. Andi.
Yasir,
2005. Aqidah Aswaja . Yogyakarta. At takwa.
Jabir.
Abu bakar. 2001 . Ilmu dan Ulama’. Pustaka Azam.
Tarmizal,
Taher. 2006. Syirat Al Mustqim. Buktin.
Miarso
dan Haris. 2010. Pendidikan Islam dan Krisis Moral Masyarakat Modern. Yogyakarta.
Ircicod.
Haqul
Yaqin. 2009. Agama dan Kekerasan. Yogyakarta. ELSAQ Press.
No comments:
Post a Comment