Popular Posts

Friday 1 October 2010

RESENSI ISLAMOLOGI "DARI TEOSENTRISME KE ANTROPOSENTRISME"

Hasan hanafi, dikelanl sebagai tokoh kiri islam yang mengusung proyek turats wa tajdid. Proyek ini mendasarkan dari pada dialektika yang dikatogarikan atas kemarin (al-madhi) yang dipersonifikasikan dengan turats qodim (khazanah klasik), esok (al-mustaqbal) yang dipersonifikasikan dengan turats gharbi( khazanah barat), dan sekarang ( al-hali) yang dieprsonifikasikan dengan realitas kontemporer (al-waqi).
Pemikiran hasan hanafi senantiasa mempresentasikan hubungan dialektis antara subjek diri (al-ana, self) dan yang lain (al-akhor, other) dalam proses sejarah. Demikian itu adalah dalam rangka melakukan reinterprestasi terhadap tradisi yang relevan dengan tuntutan kontemporer. Bagi hasan hanafi, sebuah risalah pemikiran bukannlah senbuah risalah pemnikiran apabila tidak berkaitan dengan realitas. Artinya, orientasi pemikiran harus senantiasa ditujukan pada kesadaran atas realitas untuk melakukan perubahan yang signifikan. Historisitas, logos, dan praksis senantiasa memiliki hubungan relasional.
Teori pengetahuan hasan hanafi mempunyai paradigma kebenaran relatif dengan rasio sebagai sarana untuk mencapai kebenaran. Untuk itu terjadi relasi kesadaran subjekdengan realitas objektif. Realitas dip[adang sebagaiobjek sejauh ia dipersepsikan subjek dengan kesadaran. Jadi, terdapat relasi unifikatif diantara subjek, objek, dan kesadaran.
Kesadaran manusia mengenai apa yang dilakukan akan menghasilakan keabadian. Keabadian merupakan perbuatan manusia dalam sejarah peradaban. Melalui perbuatan atau tindakan, manusia dapat mengenali unites yang faktual dan yang ideal, dan dapat mentranformasikan uniteas yang hanyua merupakan proyeksi menjadi kesatuan yang sebenarnya. Tauhid bukanlah sebuah fakta, relaitas, maupun gagasan, melainkan sebuah sebagai proses yang tercipta melalui tindakan manusia. Dalam hal ini subjek merupakan pusat kesadaran. Realitas dipandang sebagai fenomena yang ditangakap sebagai data. Data, bagi hasan hanafi, merupakan dasar praksis manusia.
Kesadaran tidak pernah bersifat pasif. Menyadari sesuatu berarti menghubah sesuatu. Sesuatu yang disadari dijadikan sebagai sesuatu yang ada bagi saya. Kesadaran tidak seperti cermin atau foto. Kesadaran merupakan praksis, tindakan. Untuk itu terdapat interaksi tindakan kesadaran(noesis) dan objek kesadaran(noema). Kendatipun demikian, interaksi ini tidak boleh dianggap sebagai kerja sama antara dua unsusr yang sama-sama penting karena pada akhinya hanya ada kesadaran. Objek yang disadari (noema) hanyalah suatu ciptaan kesadaran. Disini tidak ada bipolaritas “kesadaran dan alam”, “subjek dan objek”, dan mengatasi cogito cartesia yang tertutup.
Hasan hanafi merupakan pemikir yang unik. Ia tidak dapat dikategorikan sebagai pemikir tradisional. Ia bikan modernis karena ia mengkrritik modernitas danmenjadikan wacana tradisional sebagai landasan pemikiran yang diproyeksikan pada masa kini dan yang akan datang. Bahkan ia tidak termasuk kategori fundamentalis dikarenakan ia memakai analisis intelektual denga penekanan pada rasionalitas.
Hasan hanafi merupakan seorang pemikir islam yang tyelah berusaha keras ubtuk mengakumulasikan fenomologis denga naplikasi metodologi dialektika yang dilandaskan pada kesadaran. Semua ini dilakukan dalam rangka membebaskan masyarakat muslim dari keterbelakangan dan determinasi, baik internal maupun eksternal.
Dalam kedasadan disini, dalam pemikiran hasan hanafi tidak lepas dari cabang filsafat eksistensialisme. Eksistensialisme tetap terbelenggu pada kesadaran individu karena hal-hal sebagi berikut :
a.       Eksistensialisme kluar dari pemikiran agama. Religi (agama) adalah aspek eksistesial amanusia. Teori agama temntang dunia m,erupakan individual yang diadasarkan atas : hendaknya alloh menhadirkan seseorang kepadamu yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya, kesadaran individu mendahilui kesadaran sosial, bahwa gerakan sejarah tergantung pada kesadaran individu yang dipresentasuiikan dalam kehadiran nabi-nabi, penduduk goa, pilihan-pilihan yang baik, atau dalam ungkapanm : dan seorang yang beriman dari keluarga firaun yang merahasiakan keimanannya.
b.      Radikalisasi eksistensialisme terhadap tradisi sufisme. Tasawuf (mitisme) juga merupakan kecenderungan individual yang diorentasikan pada penyelaman individu pasca imposibilitas pemnyelematan komunal. Eksistensialisme didasarkan atas nilai nilai individualisme dan etika moral fiktif, dan juga atas penyatuan inmdividual dengan idea, abtraksi dunia denganmebalik pembinaan hukum yangberakar pada komunikatas dan diorientasikan pada penegakan sistem dunia melalui tindakan praksis di adalamnya.
c.       Fokus utama kaum reformis religius pada proposisi ( persoalan) kesadaran individual dan kebangkitan kaum muslimiin pascatragnasi panjang adalah tergantung pada tergugahnya kesadaran individu.
d.      Pertautan eksistensialisme dengan idealisme eropa juga telah mengharuskan bersabdar pada kesadaran individual. Idealisme eropa senagaimana yang dibuat deskrates dan kant merupakan reduksi hilangnya kesadaran individual pada abad tengah. Idealisme eropa, setelah dikembangkan oleh scheller, bergson, dan filsuf-filsuf modern, tetapsaja mereduksikan kesadaran individual yang dipandang sebagai rasionalisme murni.
Perhatian generasi kita adalah melakukian distingsi scara lebih jelas dan mendefinisikan posisi kultural generasi kita dengan lebih menegaskan bahwa generasi kita merupakan generasi yang merupakan generasi yang mempunyai tiga perhatian :    
1.      Rekrontruksi tradisi (intelektual) klasik menurut kebutuhan dan tuntutan zaman.
2.      Mengambil sikap terhadap tradisi barat.
3.      Teoretisasi langsung terhadap realitas aktual kita untuk menciptakan kebudayaan nasional yang menacapkan akar-akarnya dalam tradisi klasik kita.
Diskurssus manusia tentangesnsi dirinya di dalam tradisi klasik kita niscaya ia tidak akan menemukannya. Disini muncul krisis, manusia menyadari dirinya kemudian mencarinya di adalam peradabannya namun tidak mendapatnya. Oleh karena itu, manusia tetap sirna dari tradisi klasik, dan tradisi klasik tetap angkuh (ekskutif) terhadap manusia. Upaya kajian terhadap sejarah yang ada didalam tradisi klasik dari celah -celah ilmu hanya diorientasikan pada rekorntruksi ilmu-ilmu itu sndiri dari sisi bahwa eksplorasi sejarah merupakan tindakan praksis yang akan sempurna di dalam setiap tradisi. Vico juga telah berupaya mengeksplorasikan tradisi yunani, dan romantyisme dari celah celah ilmu ilmu bahasa dan sastra klasik. Apa yang telah dilakukan perupakan unpaya untuk mengeksplorasi kesadaran sejarah dalam kesadaran kontemporer atas tahapan sejarah dimana kita hidup di dalamnya pada masa sekarang imi sebagaimana yang dilakukan condoret dan predisiknya atas masa depan masnusia.
Buku yang ditulis hasan hanafi ini mempunyai erasn yang sangat penting dalam dinamika masyarakatnya. Dimana penduduk islam pada zamannya mengalami sebuah tekanan yang sangat berat,sehingga butuh motifasi yang hebat guna membangkitkan daya kreatifitas mereka sehingga kejayaan islam dapat terwujud kembali.
Aktualisasi manusia dalam kehidupan sehari hari dicerminkan dalam buku ini dengan bagaimana kita bisa menjadi manusia yang beriman kepada tuhannya tapi sekaligus kita mempunyai sebuah kesadaran bahwa kita adalah agen perubahan yang senantiasa harus mempunyai daya rasionalitas yang tinggi. Dengan rasio yang dibartengi iman tersebut akan mejadikan manusia kepada derajat yang lebih tinggi sekaligus akan mempunyai masyarakat yang dinamis dan harmonis.  
Dalam buku ini disiinggung adanya eksistensislisme, sebuah kajia cabang filasafat yang sangat pentimng untuk dipelajari. Dengan pengetahuan adanya eksistensialisme ini kita tidfak hanya mempunyai sebuah esensi tok melainkan kita  wujukkan sesesuai dengan rasio. Dalam buku ini saya juga bisa melihat adanya kesamaan antara hasan hanafi dengan tokoh rasionalis yakni jurgen habermas. Dimana dalam teori jugerhabermas menyebutkan dalam kihudupan ini penting adanya sbuah dialiektikan komunikasi tidak dalam konteks bahasa tok tetapi melibat pada konteks tindakan. Dalam teori tindakan komunikasi yang ditulis jurgen habermas mempunyai kesamaaan dalam apa yang disampaikan oleh hasan hanafi dalam dari teosentrisme ke antroposentrisme ini. Bahwa perwujudan dari apa yang diimajinasikan adalah sangat penting. Kita mempunyai sebuah potensi yang baik menuju sebuah prestasi.
Buku ini adalah buku yang akan memberikan banyak motifasi kepada generasi bangsa yang peka terhadap sebuah tradisi yang harus tetap dilestarikan.adanya zaman modern yang akan menghancurkan khazanah klasik harus di atanggapi dengan serius. Banyak hal yang telah hilang dari bangsa kita, baik dari sebuah tatannan sistem, kebudayaan, adat istiadat yang merubah kepribadian bangsa ini menuju keterpurukan. Dengan adanya hak otonomi yang dikembalikan se[enuhnya kepada manusia akan mempunyai sebuah kesadaran individu yang nantinya akan menujmbuhkan kesadaran kolektif. Dengan adanya kesadarn kolektif tersebut, niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang lebih berkerpibadian sehingga kesejahteraan bangsa kita akan segera terwujud. Adanya dinamisasi dan toleransi di dalam bangsa yang sangat kaya akan perbedaan.
Kelemahan buku ini menurut saya, banyak terdapat kata-kata yang tidak mudah dipahami oleh mereka yang pada permulaan. Dengan adanya bahasa tersebut, akan menimbulkan ketidakpuasan pembaca. Kata kata yang sulit dipahami akan mematahkan sebuah semangat pembaca, dikarekan mereka harus membuka kamus untuk mengetahui maknanya.
Secara global, buku islamologi 3 “ dari teosentrime ke antroposentyrisme” ini sangat baik dibaca. Kangdunag isinya dapat memjadikan cakrwala pembaca menjadi lebih luas dalam memandang dinamika masyarakat sekarang ini. Selamat membaca buku ini, temukan dirimu sendiri dan rubahlah bangsa ini.

TERIMA KASIH

No comments:

Post a Comment